Seorang pedagang kaya menikah dengan wanita bule dan membawanya untuk tinggal di Indonesia. Suatu hari pedagang tersebut harus pergi ke luar kota dan sialnya sekawanan perampok masuk ke dalam rumah pedagang tersebut. Sambil menjarah hartanya, mereka juga menodai istrinya pedagang.
Sewaktu sang pedagang pulang, ia marah besar dan berkata kepada istrinya, "baiklah lain kali, kalau ada perampok masuk, kamu teriak saja, 'Hansip! Hansip!'"
Maka pergilah pedagang tersebut ke pulau lain dan dasar nasib, kawanan perampok itu menjarah dan menodai istrinya lagi. Tapi kali ini istri tersebut sudah punya siasat jitu dan berteriak. Namun sialnya ia lupa apa yang diucapkan suaminya. Oleh karena itu, ia cuma bisa berkata, "sip! Sip! Sip!"
Sang pedagang kontan mengamuk dan berkata, "dasar istri nggak becus! Lain kali jangan panggil hansip. Panggil saja Pak Dalman, pembantu kita."
Besoknya sang pedagang pergi ke luar negeri dan mungkin sudah takdir, kawanan perampok datang kembali dengan tujuan yang sama. Sang istri dengan jurus keduanya mengingat persis apa yang diucapkan suaminya. Namun sialnya karena ia orang bule, lidahnya belum terbiasa dengan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu ia berteriak, "daleman! Daleman! Daleman!"
Kesal karena kecerobohan istrinya, sang pedagang tidak bisa menahan amarahnya lagi dan berkata kepada istrinya, "dasar bule nggak becus! pulang saja ke negara asalmu. Sudah jatuh ketimpa tangga."
Sewaktu sang pedagang pulang, ia marah besar dan berkata kepada istrinya, "baiklah lain kali, kalau ada perampok masuk, kamu teriak saja, 'Hansip! Hansip!'"
Maka pergilah pedagang tersebut ke pulau lain dan dasar nasib, kawanan perampok itu menjarah dan menodai istrinya lagi. Tapi kali ini istri tersebut sudah punya siasat jitu dan berteriak. Namun sialnya ia lupa apa yang diucapkan suaminya. Oleh karena itu, ia cuma bisa berkata, "sip! Sip! Sip!"
Sang pedagang kontan mengamuk dan berkata, "dasar istri nggak becus! Lain kali jangan panggil hansip. Panggil saja Pak Dalman, pembantu kita."
Besoknya sang pedagang pergi ke luar negeri dan mungkin sudah takdir, kawanan perampok datang kembali dengan tujuan yang sama. Sang istri dengan jurus keduanya mengingat persis apa yang diucapkan suaminya. Namun sialnya karena ia orang bule, lidahnya belum terbiasa dengan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu ia berteriak, "daleman! Daleman! Daleman!"
Kesal karena kecerobohan istrinya, sang pedagang tidak bisa menahan amarahnya lagi dan berkata kepada istrinya, "dasar bule nggak becus! pulang saja ke negara asalmu. Sudah jatuh ketimpa tangga."