Datang siang atau malam hari, kemegahan mesjid Dian Al Mahri tak pernah
surut. Selain kubah dengan lapisan emas 24 karat, puncaknya selalu
berubah warna setiap fajar, tengah hari, senja, dan malam.
Selama ini, wisata rohani identik dengan ibadah umrah yang hanya bisa
dilakukan mereka yang memiliki uang. Biaya yang tidak teraih membuat
perjalanan wisata rohani ini mimpi bagi muslim di Indonesia.
Namun jangan khawatir, dengan semangat yang sama kita masih bisa
melakukan ibadah rohani di Indonesia. Khususnya bagi warga Depok, Jawa
Barat, yang baru memiliki sebuah masjid kebanggaan berkubah emas.
Masjid yang berdiri di atas areal seluas 8.000 meter persegi ini
bernama Dian Al Mahri. Nama ini diambil perpaduan nama si pemilik dan
salah satu putranya.
Ketika sampai di pintu masuk, pengunjung dihadapkan dengan sebuah
gerbang raksasa berukuran sekitar 10 meter. Terdapat dua pintu masuk
dengan tiga buah kubah kecil di atasnya. “Gerbang ini masih dalam masa
pembangunan. Rencananya ketiga kubahnya juga akan dilapisi emas.
”Hingga kini total baru sekitar 95% tahap pembangunan mesjid yang telah
tercapai,” ucap Kepala Pengelola Masjid Dian Al Mahri H Yudi Camaro.
Di depan gerbang masjid terdapat parkiran sepeda motor tidak resmi yang
cukup untuk menampung sekitar 15 unit. Sepeda motor tidak diperkenankan
masuk ke dalam lingkungan masjid. Di tempat yang sama juga terdapat
beberapa penjual asongan berbagai minuman dingin hingga bungkusan
rokok. Gerbang yang dibuka hanya satu, kata pengurus, ini sengaja
dilakukan demi alasan keamanan.
Dari luar gerbang, terlihat dua orang berbadan tegap, berambut cepak,
mengenakan jas safari warna biru, menyambut. Kedua orang ini memberikan
karcis masuk untuk mobil dan bus yang hendak masuk ke area masjid.
Masuk ke dalam, bangunan masjid sudah terlihat dari kejauhan. Di
sebelah kanan masjid, terlihat sebuah bangunan hunian yang tidak kalah
megah. ”Ibu Dian tinggal di sebelah masjid,” kata Yudi.
Masjid ini mulai dibangun sejak April 1999 dan terus berlangsung hingga
saat ini dan diresmikan 23 Desember tahun lalu. Menyusuri jalan setapak
yang berada di sisi-sisi jalan aspal. Pemandangan dipenuhi taman seluas
4.000 meter persegi terbentang mengelilingi bangunan masjid. Tanaman
hias yang ditanam di pot hingga berbagai tanaman buah yang berada di
sekeliling masjid.
Masuk ke dalam masjid melalu pintu masuk di sebelah kanan dan kiri.
Layaknya sebuah masjid, alas kaki harus ditanggalkan saat masuk batas
suci yang telah ditentukan. Begitu kaki menginjak batu marmer yang
menghiasi semua permukaan masjid ini, penjaga masjid akan membawa kita
ke ruangan bawah tanah, berwudhu dan penitipan alas kaki.
Lebih ke dalam, terdapat dua lorong untuk wudhu, satu buah wastafel
lengkap dengan kaca riasnya. Pada ujung ruangan terdapat jajaran
urineter dan beberapa bilik untuk kakus.
Naik ke permukaan, terlihat pintu masjid setinggi delapan meter dengan
seorang penjaga berpakaian serbaputih berbalut kain kuning. ”Orang
kalau masuk ke masjid tidak boleh sembarangan. Harus menggunakan
pakaian sopan layaknya ingin pergi ke masjid,” ucap H Jayadih, seorang
penjaga pintu masjid.
Meski pengunjung bebas keluar masuk masjid, beberapa aturan
diberlakukan dan harus dipatuhi pengunjung. Tujuan dibuatnya aturan
tersebut, Yudi mengatakan, agar suasana ibadah tetap nyaman. Pengunjung
dilarang membawa makanan dan minuman ke lingkungan masjid, anak di
bawah usia 9 tahun juga dilarang memasuki lingkungan masjid.
Masuk ke dalam ruangan, disambut dengan megahnya sebuah lampu kristal
raksasa seberat 2,7 ton tergantung tepat di tengah-tengah ruangan yang
didatangkan langsung dari Austria. Sebanyak 162 dan hampir seluruh
ruangan pilar dilapisi oleh batu granit dan marmer dari Turki, India,
Italia, Brasil, dan Afrika Selatan. Total bangunan ini mampu menampung
ribuan orang.
”Pada dasarnya desain masjid ini menggunakan penggabungan antara budaya
Timur Tengah dan iklim tropis. Bangunan ini berasal dari ide ibu Hj
Dian Juriah Maimun Al-Rasyid dan dibangun oleh arsitek bernama Uke
Setiawan yang berupaya mewujudkan perpaduan ini,” ucap Yudi.
Di puncak interior kubah terdapat lukisan menyerupai awan yang bisa
berubah-ubah warna setiap fajar, tengah hari, senja, dan malam. Setiap
mahkota yang terdapat pada pilar masjid juga berlapiskan emas. Pegangan
tangga dari lantai satu ke dua juga dilapisi emas. Hiasan termasuk
tulisan tasbih, ornamen di atas mimbar imam juga dilapisi emas.
Yang termegah adalah kubah utama berdiameter 16 meter dan tinggi 20
meter yang berlapis emas murni 24 karat setebal 1 milimeter. Kubah
utama dikelilingi empat kubah yang lebih kecil, juga bertatahkan logam
mulia. Kelima kubah ini mencerminkan rukun iman dengan jumlah yang sama
pada ajaran agama Islam. Sementara, terdapat enam buah menara utama
dengan kubah kecil di atasnya yang juga berlapiskan emas. Jumlahnya
juga mengacu pada rukun Islam sesuai dengan ajaran kaum muslimin di
seluruh dunia.